Book Review: Daripada Bete, Nulis Aja

Judul: DARIPADA BETE, NULIS AJA!
Penulis: Caryn Mirriam-Goldberg, Ph.D
Penerbit: Kaifa
Tahun terbit: 2003
Jumlah Halaman: 232 hlm.

“Menulis Menyelamatkan Hidup Saya.” Penulis mengawali buku ini dengan menceritakan bahwa menulis telah mencegahnya dari keinginan untuk bunuh diri saat menghadapi kesulitan dan kesedihan mendalam. Saat berusia 14 tahun, ia bertengkar hebat dengan sahabatnya sampai menyebabkan persahabatannya berakhir. Ditambah lagi, orangtuanya menghadapi perceraian dan ia harus merasakan dampaknya. Saat kebingungan dan berpikir hidupnya hancur, dia pun mulai menulis.

Pengantar di atas adalah bukti bahwa menulis memiliki manfaat bagi hidup seseorang. Oleh karena itu, sebagai tahap awal, penulis mengajak kita untuk bisa memahami diri sendiri dengan menulis. Pada bagian pertama, terdapat 12 alasan menulis dan manfaatnya bagi kita, langkah-langkah sederhana untuk mendapatkan ide dan semangat untuk menulis, dan beberapa hal yang diperlukan untuk menulis.

Pada bagian kedua, penulis mengajak kita untuk menyelami hidup. Ada banyak gagasan yang bisa didapatkan melalui lingkungan dan keseharian kita. Kita diajak untuk memperhatikan semua yang kita lihat, dengar, rasakan, dan harapkan lalu mengembangkannya ke dalam dunia imajinasi kita. Penulis menegaskan bahwa hidup kita adalah sumber gagasan yang tak pernah kering. Kita bisa bercerita tentang masa lalu dan masa depan, mimpi-mimpi di setiap malam, masalah yang dihadapi, keluarga dan kerabat di sekitar kita, bahkan tentang diri kita dengan sudut pandang atau karakter yang berbeda dari kehidupan nyata.

Setelah membantu kita mengembangkan ide, penulis tidak berhenti di situ. Kita juga diajar untuk merevisi atau meninjau kembali karya sendiri. Penulis menamainya bagian “Penghalusan”. Beberapa kiat merevisi antara lain membuat peta tulisan (mindmap), mengoreksi secara menyeluruh, dan menyimpan tulisan awal sebagai pengingat jika tulisan hasil revisi kehilangan tujuan awal karena “terlalu dipoles”. Pada bagian ini, penulis juga menunjukkan cara memancing tulisan yang macet, seperti dengan mencari kata-kata baru, mengubah setting, menambahkan karakter baru, dsb. Dijelaskan pula bahwa revisi dapat membuat kita menemukan tulisan yang lebih kaya, lebih jelas, dan lebih asli. Dengan begitu, karya kita akan sampai ke potensi terbaiknya.

Di bagian terakhir, penulis menyarankan kita untuk berhubungan dengan masyarakat baik sebagai sumber inspirasi dan motivasi, maupun sebagai pembaca atas karya-karya kita. Beberapa saran yang diberikan antara lain, menemukan mentor, menjadi mentor, mengikuti kursus menulis, membaca karya di depan umum, memulai kelompok penulis, dan berusaha untuk menerbitkan karya tersebut.

Di akhir bab, penulis menyatakan bahwa menulis adalah proses seumur hidup. Penulis mengajak kita menyalurkan segala hal yang berada di dalam diri kita dan mengungkapkannya pada dunia melalui tulisan. Baginya, menulis adalah cara terbaik untuk memahami dunia dan menyesuaikan diri.

Dari gaya bahasanya, buku ini diperuntukkan bagi remaja yang ingin belajar menulis. Penjelasannya bukan mengarah kepada tulisan sebagai ajang popularitas, melainkan sebagai cara untuk mengenali diri sendiri, menyembuhkan kegalauan diri, dan menemukan jawaban atas berbagai pertanyaan dan permasalahan. Selain itu, di setiap babnya terdapat gagasan-gagasan yang dapat dikembangkan menjadi sebuah tema tulisan disertai dengan teknik dan saran penulisan yang baik. Terdapat pula kolom “Nulis Yuk!” yang berisi petunjuk untuk menulis sebuah karya sesuai dengan topik yang diberikan; kolom “Quotes” yang penuh dengan pesan-pesan dari para penulis berprestasi; serta kolom “Tahukah Kamu” yang menjelaskan sejarah atau pengalaman singkat maupun unik dari beragam penulis. Menurut saya, buku ini sangat komplit sebagai teman menulis, dan—meski ditulis untuk remaja—dapat dibaca oleh semua kalangan yang ingin memulai karir sebagai penulis.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Book Review: Daripada Bete, Nulis Aja"

Posting Komentar