Silariang merupakan sebuah novel yang mengangkat fenomena tabu dalam adat pernikahan masyarakat Bugis-Makassar yang ditulis oleh Oka Aurora berdasarkan
film karya produser Ichwan Persada yang berjudul sama.
Beberapa pertanyaan tentang cinta akan selamanya menjadi tanya.
Mengapa ia datang di
tempat dan waktu yang salah?
Mengapa ia datang dan
pergi sesukanya?
Mengapa ia tak kunjung beranjak padahal sudah diinjak-injak?
Sebuah sajak di
awal kisah memberikan gambaran mengenai apa yang terjadi pada Yusuf dan
Zulaikha hingga memutuskan silariang. Perbedaan kasta tidak mengizinkan mereka
untuk bersatu dalam ikatan yang sebenarnya Tuhan pun tentu akan meridhoi.
Namun, tradisi yang sudah turun-temurun tidak merestui Yusuf yang hanya seorang
jelata untuk menikahi Zulaikha, anak seorang bangsawan.
“Kita ini keturunan Raja. Mereka itu apa?”
(hlm. 20)
Bagi para
bangsawan, anak-cucunya hanya boleh menikah dengan sesama bangsawan. Tidak
boleh ada yang menodai garis keturunan dengan menikahi rakyat jelata. Prinsip ini
bukan hanya perihal uang panai’, melainkan siri’, atau lebih pantas disebut
gengsi bagi mereka. Sekaya apapun seorang laki-laki, ia tetap tidak boleh
meminang gadis keturunan Raja jika dirinya bukanlah keturunan bangsawan.
Untuk apa menikahi sesama bangsawan kalau
tidak cinta? (hlm. 27)
Demi menikah
dengan orang yang dicintainya, Zulaikha rela kawin lari melepaskan semua yang dimiliki demi
memulai hidup baru bersama orang yang dicintainya meski harus menjadi miskin.
“Saya menikah sama kita, bukan sama uang-ta.” (hlm. 51)
Tidak disebutkan
ke mana Yusuf dan Zulaikha melarikan diri. Hanya diceritakan bahwa tempat itu
ditempuh dalam waktu sehari semalam.
“Iyye, memang harus jauh. Namanya juga melarikan
diri.
Kalau dekat, namanya berkunjung ke tetangga.”
(hlm. 67)
Yang jelas, sejauh
apapun keduanya melakukan pelarian, keluarga tidak akan tinggal diam karena
mereka dianggap telah menentang siri’. Taruhannya adalah nyawa. Lebih baik
membunuh pelaku silariang daripada membiarkannya mempermalukan keluarga.
Segerombolan orang sedang menyerbu rumah
Dihra sambil berteriak-teriak menggadang parang, “Yusuuuuuf! “Yusuuuuuf! Keluar
ko!!” Beberapa dari mereka melejit
menaiki tangga rumah dan menerobos masuk. (hlm. 105)
Ada banyak tantangan
yang harus dilalui sepasang pengantin baru ini dalam memperjuangkan cintanya
karena pernikahan bukan sekadar melakukan ijab qabul semata. Terlebih lagi jika
dilakukan dengan cara kawin lari.
Kisah dalam novel Silariang ini menampilkan berbagai budaya Bugis-Makassar yang dibalut modernitas.
Menyiratkan bahwa budaya tidak punah oleh zaman. Dialek Makassar juga kental
dalam dialog dari tiap karakter sehingga pembaca mampu meresapi alur ceritanya
seolah sedang berada di tengah-tengah lingkungan sosial Makassar. Ini merupakan
bacaan pertama saya dari novel yang ditulis berdasarkan skenario film. Gaya bercerita
penulis cukup ringan serta dipenuhi diksi yang indah. Pesonanya membuat saya betah
mengkhatamkan tanpa teralihkan bacaan lain. []
Judul: Silariang: Cinta Yang (Tak) Direstui
Penulis: Oka Aurora
Penerbit: Coconut Books
Tebal: 200 halaman
Tahun Terbit: 2017
Judul: Silariang: Cinta Yang (Tak) Direstui
Penulis: Oka Aurora
Penerbit: Coconut Books
Tebal: 200 halaman
Tahun Terbit: 2017
0 Response to "Silariang: Menantang Siri' demi Cinta"
Posting Komentar